Assalamu‘alaikum wr. wb.
Halo semuanya! Hari ini merupakan Hari yang Spesial bagi seluruh Bangsa dan Tanah Air Indonesia. Tepatnya pada Tanggal 17 Agustus 2025 (23 Shafar 1447 H), Google juga memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80 melalui Doodle, dengan menampilkan salah satu Gerakan yang sedang Viral dan Populer, yaitu Pacu Jalur (Aura Farming).
![]() |
Google Doodle memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80 |
Sumber : Kompas.com, Detik.com, dan Medcom.id
Pada tanggal 17 Agustus 2025, Google ikut serta merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia dengan menampilkan Google Doodle khusus. Laman utama mesin pencari tersebut dihiasi ilustrasi yang menampilkan tradisi khas Riau, yaitu Pacu Jalur.
Menurut keterangan dari laman Google Doodle, karya seni ini dibuat oleh seniman tamu asal Bandung, Wastana Haikal. Doodle tersebut tidak hanya menjadi bentuk perayaan, tetapi juga pengingat akan peristiwa bersejarah 17 Agustus 1945, saat proklamasi kemerdekaan pertama kali dibacakan oleh presiden pertama Indonesia, yang kemudian menjadi titik awal perjuangan panjang menuju kemerdekaan bangsa.
Jika di kota-kota besar peringatan Hari Kemerdekaan biasanya identik dengan upacara bendera, parade meriah, dan konser musik, maka Google Doodle tahun ini memilih untuk menyoroti kekayaan budaya lain yang tak kalah semarak, yakni tradisi Pacu Jalur.
Tradisi pacu jalur
Pacu Jalur merupakan tradisi lomba mendayung yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau. Dalam perlombaan ini, setiap perahu jalur diawaki oleh sekitar 50 hingga 60 pendayung, bergantung pada panjang perahu yang digunakan. Perahu tersebut dibuat dari satu batang kayu utuh tanpa sambungan, yang oleh masyarakat setempat disebut dengan istilah jalur.
Sejarah Tradisi Pacu Jalur
Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun di Kuansing selama lebih dari satu abad. Awalnya, jalur hanya digunakan sebagai sarana transportasi di Sungai Kuantan. Namun, seiring waktu, perahu tersebut mulai diperlombakan dalam adu kecepatan, sehingga melahirkan tradisi Pacu Jalur yang menarik perhatian banyak orang.
Pada masa kolonial Belanda, Pacu Jalur kerap digelar untuk memperingati hari kelahiran Ratu Wilhelmina. Setelah Indonesia merdeka, tradisi ini kemudian berubah fungsi dan dilaksanakan dalam rangka perayaan hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri.
Saat ini, Pacu Jalur telah menjadi bagian penting dari perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus simbol pelestarian budaya masyarakat Riau.
Tugas Anak Pacu
Dalam perlombaan Pacu Jalur, puluhan pendayung yang disebut anak pacu memiliki peran masing-masing di dalam perahu. Tugas mereka terbagi dengan jelas, mulai dari Tukang Concang yang bertindak sebagai komandan sekaligus pemberi aba-aba, Tukang Pinggang atau juru mudi yang mengendalikan arah perahu, hingga Tukang Onjai yang menjaga ritme dengan menggoyangkan badan di bagian kemudi.
Selain itu, ada pula Tukang Tari yang membantu Tukang Onjai menjaga keseimbangan agar perahu dapat bergerak berirama dengan stabil.
Perlombaan Pacu Jalur diawali dengan bunyi dentuman meriam sebanyak tiga kali. Dentuman pertama menandai saat perahu-perahu mulai menempatkan diri, dentuman kedua sebagai tanda untuk bersiap mengayuh, dan dentuman ketiga menjadi aba-aba dimulainya lomba.
Menariknya, kecepatan bukan satu-satunya penentu kemenangan. Konon, faktor magis dari kayu yang digunakan serta kepiawaian pawang dalam mengendalikan jalur juga diyakini turut memengaruhi hasil lomba.
Festival Pacu Jalur Selalu Ditunggu
Kini, Pacu Jalur menjadi agenda tahunan yang rutin digelar di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, biasanya pada bulan Agustus bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan RI.
Acara ini selalu menarik perhatian masyarakat Kuansing dan daerah sekitarnya untuk datang menyaksikan. Selain memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal, festival ini juga berperan penting dalam menjaga kelestarian budaya daerah.
Pacu Jalur bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tidak hanya serunya adu kecepatan mendayung, penampilan kostum unik serta sorakan semangat para pendayung menambah daya tarik tersendiri bagi penonton. Tak heran, tradisi ini selalu disambut meriah, bukan hanya oleh masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan dari berbagai daerah hingga mancanegara.
Terima Kasih 😄😊👌👍 :)
Wassalammu‘alaikum wr. wb.